Sabtu, 21 November 2015

Finally, I am Not Watching on Recording

Awal mengenal sosok beliau sekitar 4 tahun lalu, seorang teman kantor yang merupakan Alumni Institut Pertanian Bogor mengupload di wall account Facebooknya kemudian comment yang dia tulis "Ini salah satu alumni yang membanggakan". Penasaran, saya pun meng-click link tersebut yang tidak lain terhubung YouTube, isinya rekaman berupa acara sharing dengan para mahasiswa,  di 5 menit pertama saya masih menonton rekaman tersebut via mobile phone. Karena menurut saya video ini isinya inspiratif dan yang di utarakan adalah hal hal konkrit, saya pun langsung bergegas membuka laptop, nyalakan wifi, agar lebih jelas melihat siapa sosok yang sedang berbicara tersebut. Dengan memasukan key word "Handry Satriago", rupanya sudah banyak youtubers yang sudah mengupload berbagai acara-acara beliau, satu persatu pun saya tonton, mulai dari audiencenya mahasiswa maupun yang mungkin mereka sudah lulus atau sedang bekerja.
Sabtu di minggu ke tiga bulan November 2015, cuaca Makassar yang sedang mendung mendayu dayu namun belum juga turun hujan menjadi pengiring perjalanan menuju Wisma Kalla tepatnya di Lantai 2 Ruang Saoraja, suatu acara yang di selenggarakan oleh Akademi Berbagi Makassar. Awalnya, mengetahui informasi acara berbagi dengan Pak Handry Satriago ini dari account twitternya @AkberMks ,saya pun tidak membuang buang waktu dengan membuka link pendaftaran peserta agar tidak kehabisan seat. Saat hari H tiba, aq pun datang ke ruangan yang sudah banyak peserta lainnya dan tak lama menunggu, acaranya pun sudah di mulai. Di buka dengan perkenalan tim dari Akademi Berbagi serta perkenalan moderator Ibu Fauziah yang bercerita bagaimana saat mengenal serta sosok Pak Handry yang saat ini menjabat sebagai Chief Executive Officer di General Electric Indonesia (CEO GE Indonesia).
Acara yang di nanti, saat moderator memanggil Pak Handry, sosok yang humble dan friendly ini yang muncul dari belakang, di awal pembukaan dalam sesi sharing tersebut, beliau mengemukakan tentang faktor yang menyebabkan perubahan di 10 tahun terakhir, work to be easier karena internet, tekonologi, social media, informasi dan lain lain, di tengah perubahan tersebut sayangnya perubahan yang terjadi di Indonesia justru tidak banyak, konkritnya misalnya bangsa kita pengekspor komoditas sejak jaman dulu.
Hal yang menurut pendapat beliau, yang masih perlu di kembangkan oleh generasi berikutnya agar tidak hanya menjadi obyek dari globalisasi yakni :
1. Memiliki Ide
Globalization, tentang toko buku yang sudah mendunia Amazon, yang tidak memiliki toko, taksi uber yang tidak memiliki armada, serta kesuksesan pebisnis lainnya, bukan karena atas keunggulan produk yang di ciptakan tapi munculnya ide yang cemerlang.
2.  Bagaimana Meyampaikan Ide
Sifat karakter di budaya kita apabila idenya tidak di terima, adanya sifat "ngambek", malas untuk kembali mengutarakan ide lagi karena takut idenya tidak lagi di terima, nah hal ini yang perlu di benahi, mungkin karena ide itu sifatnya mengambang, atau mungkin juga belum tepat ter eksekusi.
3. Bagaimana mengeksekusi ide tersebut dengan percaya diri.

Selain hal diatas, Pak Handry juga sharing awal mulanya diangkat menjadi CEO GE Indonesia, saat sedang berada di Vietnam yang ternyata disaat yang sama, orang nomor 2 di GE Global juga sedang berada di negara tersebut, saat hendak kembali ke Indonesia sehari sebelumnya, tetiba mendapat kabar bahwasanya diajak menggunakan pesawat yang sama (pesawat pribadi) dengan Big Boss Nomor 2 di GE ini, saat di dalam pesawat setelah berdiskusi berbagai hal, beliau langsung di sodorkan pertanyaan yang diluar dugaan, "Are you ready if i choose you as CEO in Indonesia?", kesempatan menjawabnya hanya 2 jam, dan saat pesawat mendarat di Indonesia, saat itu pula beliau menerima sebagai CEO GE Indonesia (langsung teringat quote "Always do the best of you can does, cause something happen for the reason")

Adapun beberapa pertanyaan dari peserta yang terangkum diantaranya tentang :
Comfort Zone
Most dangerous if you feel in comfort zone, inilah tulisan di buku yang berjudul Sharing 2 yang di tulisnya, yang menjadi dasar aq bertanya lebih lanjut, kapan saatnya kita tahu bahwa kita berada di area comfort zone, saat kita sudah merasa paling nyaman, melakukan sesuatu dengan tanpa ada nilai tambah dari rutinitas yang berulang tersebut, simple and valuable answer
What Kind of People you Looking for in Team
People who is always say "Yes" jawabnya langsung, menurutnya untuk apa bekerja dengan people yang hendaknya hanya bisa menurut tanpa memberikan masukan masukan. Hal ini yang di lakukan rutin ke teamnya untuk menggali ide ide tidak harus di setting sedemkian rupa agar ide itu muncul, tapi dengan membuatnya seperti budaya. First mistake his doing di awal bergabung di GE yakni menunggu kerjaan. Run extra miles atau bekerja lebih, bukan berarti itu "cari muka" ke atasan, tapi menunjukan performance lebih dari yang di targetkan.
How to Delivered Idea in The Right Track
Tidak mudah menyampaikan ide di tengah tengah organisasi yang malah belum ter-setting atas penyampaian ide, sampaikanlah di moment yang tepat dengan cara anggun, and make sure idea coming from that you are really understanding, intinya ide tersebut bukan dari hasil jiplakan dan mengada ada namun real time dan konkrit.
 
Di akhir sharing dan sebagai cerita penutup tentang saat awal beliau saat diminta oleh ibunya menjadi imam Shalat Azhar di rumah, saat rakaat pertama beliau langsung terjatuh dan saat itu adalah saat terakhir kali bisa menggunakan kakinya, selama 3 minggu mengurung diri di kamar, blame others, merasa tidak adil dengan kehidupan ini, sampai pada akhirnya Ayahnya masuk ke kamar dan memberi 2 pesan yang masih melekat sampai sekarang, yakni tentang takdir yang sudah di rencanakan Tuhan dan bagaimana cara memperjuangkannya, sebagai ilustrasi di jalan kehidupan yang senantiasa menanjak, kita di hadapkan untuk mendorong mobil, cobalah untuk mendorong mobil tersebut, jika kelelahan coba tahan sejenak, namun jangan pernah berhenti, karena kapan akan berhenti, kita sendiri yang akan terseret, sesaat mata pun ikut berkaca kaca, andai saja di iringi dengan back sound yang melow, pastinya aq sudah meneteskan air mata hikss hikss #BukanLebay.
Saat acara pengambilan gambar rupanya handphone lagi lowbat, sehingga ng ada dokumentasi selfie photo (then i believe, i will meet him again in another moment), jadinya upload photo yang diambil saat tiba di rumah, bukuku yang mendapatkan kesempatan ditanda tangan pertama kali.
Sekitar satu jam tiga puluh menit, tak terasa beliau mengutarakan hal hal yang inspiratif. Terima kasih Pak Handry sudah berbagi di kota kami, sehat selalu dan terus menjadi inspirasi buat banyak orang, terima kasih juga dari tim Akademi Berbagi Makassar untuk acara super keren ini.
Oh iya jadi kebawa nh di tulisan ini beberapa istilah menggunakan in English, mungkin ini yang di sebut multiplier effect, dimana Pak Handry juga menyelipkan istilah istilah in English tersebut di sela sela sharing ini.
So, What The Next? Mari kita mendorong mobil di jalan yang menanjak :)